Resensi Kumcer Sembilan Sembilan Kosong
Judul :
Sembilan Sembilan Kosong
Penulis
: Rayya Tasanee dkk.
Penerbit : De teens, DIVAPress.
Terbit : Februari 2014
ISBN :978-607-7968-40-0
Hidup dan mati seseorang adalah
rahasia ilahi. Begitu pun dengan perjumpaan dan perpisahan. Di antara banyaknya
perjumpaan yang terjadi di hidup kita, awal mula perkenalan dengan seseorang
yang kita cintai adalah kenangan berharga yang takkan pernah hilang dari sudut
pikiran. Apalagi jika perjumpaan itu terjadi secara unik, mengesankan,
mendebarkan atau bahkan menyebalkan—yang semuannya terangkai menjadi unforgettable moment dalam hidup kita.
Seperti dalam buku kumpulan cerpen duet berjudul 990 ini. Pertemuan menjadi hal yang paling membekas di setiap kisah para tokohnya. Ada tiga belas cerpen yang diangkat melalui tema
perjumpaan secara unik di kumcer ini. Check this out...
1.
Sembilan Sembilan Kosong by. Raya Tasanee dan Tarom Ahmad
Kedua tokohnya bertemu secara tidak
sengaja melalui nomor undian yang sangat mirip—990 dan 660—saat pengumuman
undian berhadiah tab di kampus mereka. Cerita ini memiliki pertemuan yang unik. Gaya bahasanya
sangat ringan dan enak. Cuma aku agak kurang suka sama proses setelah pertemuan
sampai endingnya. Si tokoh cewek yang sebelumnya diceritakan memiliki trauma terhadap
laki-laki nggak diulas lagi setelahnya. Kesannya
kayak tiba-tiba hilang gitu aja. Terus endingnya, mungkin akan terlihat manis sih kalau diperlihatkan
secara visual, tapi kalau dalam tulisan, ya kesannya jadi kayak FTV.
2.
A-ha by. Uni Dzalika dan Chicko Handoyo
Pertemuan karena sebuah teka-teki
yang ditulis oleh seorang gadis yang susah move
on. One of my favorite! Pemilihan judul yang pas banget. Cukup cerdas,
teka-tekinya unik dan alurnya nggak datar. Suka deh sama cerpen ini. Bacanya
juga ngalir. Bisa ikut tebak-tebakkan juga sama teka-teki yang diberikan
penulis walaupun emang cukup sulit.
3.
Blossom in January by. Ken Hanggara dan Artie Ahmad
Pertemuan kedua tokohnya terjadi
saat mereka berebut tempat di mading untuk menempelkan puisinya yang
diikutsertakan dalam lomba. Cerita yang melankolis dengan alur maju-mundur.
Pertemuan yang manis, penceritaan yang manis dengan ending yang manis. Sayang
nggak ada momen yang bisa bikin cerita ini jadi klik banget. Jadinya malah
datar aja.
4.
Cerita dalam Mata by, Adi Nugroho dan Yatiek Afriana
Nggak ada momen pertemuan yang jelas di cerita
ini. Sebuah cerita tentang psikolog dan kepedihan seorang perempuan. Keren. Aku
suka banget tokoh perempuan setengah gila di sini yang membenci lelaki bermata
elang. Aku suka konfliknya. Aku juga suka tokoh lelaki yang berasa banget
penasaran dan simpatinya sama si tokoh perempuan. Perasaan yang dijelaskan
tidak banyak melalui kata-kata. Actionnya
jelas.
5.
Firasatku by. Sayfullan dan Rismami
Pertemuan yang terjadi karena kedua
tokohnya terikat oleh mimpi yang sama. Sayang keduanya terjebak dalam persepsi
mimpi yang berbeda. Lumayan mendebarkan. Alurnya naik terus. Pendeskripsian
tokoh perempuannya juga cukup jelas. Sayang efek deg-degannya kurang berasa.
Harusnya bisa lebih mendebarkan dari ini. Ending cerpen ini menipu! Hahaha.. kupikir
gini.. eh ternyata..
6. Kyle Land by. Evi Sudarwanto dan Aleh Putra
Agung
Cerita
ini juga tidak memiliki momen pertemuan yang jelas. Aku suka sama karakter lelaki
di cerita ini yang bisu. Sayangnya nggak menarik lagi ketika karakter bisu itu
ternyata cuma mimpi. Haah, padahal lebih keren kalau bisu loh *hoy!*. Cerita
ini mirip dengan cerpen Firasatku, tapi karena alurnya yang campuran dan
lompatannya lincah, cerpen ini lebih bisa bikin penasaran.
7. Lluvia (Isna Romadhoni Putri dan Muhammad Arif
Rizaldy)
Pertemuan
seorang mahasiswa keperawatan dengan pasien yang membenci hujan. Aku suka sama
cerita ini. Juga tentang slasan tokoh laki-lakinya yang membenci hujan, dan tentang
arti nama Lluvia—tokoh perempuan—yang dalam bahasa Spanyol artinya hujan. Endingnya pun melegakan. Ya, tipikal happy ending yang diharapkan pembaca.
Haha.
8. Mr. Jones dan Princess Kos-kosan by. Ratna Shun
Yzc dan Justang
Pertemuan
yang konyol. Pertemuan ala Ciderella dengan tingkat kemelesetan 75%. LOL LOL
LOL. Gaya bahasa di cerpen ini asik aja. Enak. Ceritanya membekas. Ikonik. Dua
penulisnya seperti tidak memiliki hambatan menyatukan gaya bahasa lucu yang
sangat ngeblend ini. Endingnya aw aw aw banget. Hahaha.
9. Rendezvous by. Wirasatriaji Nektarity dan Iruka
Nektarity
Pertemuan
karena kesalahan pengiriman paket. Cerita ini punya alur yang cukup rumit
dengan penyimpanan satu alur besar yang di endingnya menyimpan kejutan. Umm
umm.., gak terlalu immpresive, tapi keren sih. Dua penulisnya pasti diskusi
panjang nih mikirin alurnya. Hahaha.
10. Surat Dari Sani by. Damu Kira dan Imam
Nurdihanto
Pertemuan
yang mengulang masa lalu. Agak greget baca cerpen ini. Aku kesel sama tokoh
utama wanitanya yang entah kenapa pengen banget aku jadikan rujak. Sama kayak
cerpen sebelumnya, cerpen ini juga menyimpan satu kejutan, walaupun sudah bisa diduga saat
cerita menjelang ending. Tapi benran deh, aku kesel sama karakter ceweknya!
11. Tiga by. Paramitha Susilo Budi Utari dan
Hendrawan Lakson
Cerita
ini pun tidak memiliki momen pertemuan. Kisah tentang persahabatan tiga remaja.
Tentang cinta tiga dimensi yang ternyata eh ternyata. Bikin kaget.
Penceritaannya lumayan nyes. Pov 'aku' yang digunakan si tokoh lelaki ini benar-benar
hidup. Berasa sekali suram dan rumitnya. Keren!
12. Two Cups of a Story by. Shi dan aR
Pertemuan
di sebuah kafe saat keduanya tertukar minuman yang dipesan masing-masing.
Paling favorit! Pov ‘aku’ untuk masing-masing tokohnya digunakan dengan sangat
baik. Tokohnya hidup banget. Karakter tokoh perempuan si penggila kopi hitam
dan laki-laki unik penyuka teh di sini sangat ikonik. Suka dengan cara kedua
tokohnya bergelut dengan pikiran masing-masing.
13. Cinta Dua Titik by. Endik Koeswoyo dan Putri
Nur Anggraini
Pertemuan khas remaja di sebuah SMA.
Cerita cinta beda agama. Menggunakan Pov aku yang masing-masing mengulang alur
yang sama. Agak cukup borring sih. Mengingat nama Endik Koeswoyo, dan ceritanya yang
diletakkan paling akhir, aku pikir bakal menjadi penutupan yang manis. Tapi
cukup kecewa sama pengulangan adegan yang kurang berkontribusi pada konflik
ini. Tapi proses kedua tokohnya saat menjalani cinta beda agama itu cukup
membuat cerita ini jadi lebih menarik.
Woaaaaaaa baru baca reviewnya herrr.. Makasih yah udah baca :)
BalasHapusIyaaa. sama sama Rismaa :D
BalasHapusmakasih udah jadiin cerita kami favorit kamu... >.< cek blog http://rafandha.blogspot.co.id/ atau shin0fushi.blogspot.com buat cek tulisan kami yang lain atau wattpad @bimorafandha / @FiniSaid. :D
BalasHapus