Dear Mangrove



www.naturefoundationsxm.org
 
Dear, Rhizopoda sp, Sonneratia sp, Avicenia sp, Bruguiera sp, Xylocarpus sp, Ceriops sp dan semua keluarga mangrove yang lain. Kenalin dulu, namaku Haeruddin. Aku dari indramayu. Aku sebetulnya sudah tahu kamu dari dulu, tapi sayang, aku tak tahu banyak tentang kamu. Kemarin, aku bertanya banyak hal pada paman google tentang kamu. Tahu kan paman google? Itu loh, mesin pencari paling pintar yang tahu apa pun di dunia ini. Bahkan kalau kamu mau mencari tahu semua saudara-saudara kamu di seluruh dunia, paman google pasti tahu. Ia tahu saudara kamu di muara angkeh yang tengah berusaha menahan pasang laut Kota Jakarta. Ia juga tahu saudara kamu yang berada di Taman Hutan Raya Denpasar – Bali, yang dijadikan pusat informasi mangrove di indonesia. Juga temanmu yang tengah bekerja di Sundarban, India, yang hingga sekarang masih menjadi hutan mangrove terbesar di dunia. Oh iya, kata paman google juga, Indonesia ini merupakan pemilik hutan mangrove terluas di dunia loh. Wow. Namun sayang, luas hutan itu semakin berkurang dan terus berkurang dalam beberapa puluh tahun terakhir ini. Hal itu tak lain karena ulah kami, umat manusia.
            
Katanya, kamu itu hutan yang sangat diperlukan. Kamu sangat berguna bagi kami semua, umat manusia.  Kamu selalu tulus untuk menjaga kawasan garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari hantaman air laut yang tengah dalam abrasi, juga suka mempercepat perluasan lahan dan mengelola bahan limbah. Selain itu kamu juga menjadi tempat yang nyaman buat pembenihan ikan, udang dan berbagai biota air. Juga kadang-kadang burung sangat suka berlindung di sekitar daun dan ranting-rantingmu. Masih ada lagi, manusia juga diuntungkan karena kamu merupakan sumber pertambakan, tempat pembuatan garam, sebagai bahan bangunan, kayu bakar, obat-obatan dan lain-lain. Tapi sayang, manusia yang serakah dan tak tahu terimakasih selalu menyakitimu.
            
Aku mau sedikit curhat. Berhubung aku dari Indramayu, kota yang berada di garis pantai utara jawa yang luasnya membentang hingga 114 kilometer ini. Tentu sangat banyak hutan mangrove yang dikembangkan di sini. Sayang, 40% kondisi mereka sedang dalam keadaan kritis dan rawan abrasi pantai akibat dari alih fungsi. Banyak mereka yang kritis karena dijadikan lahan tambak udang dan bandeng. Diantaranaya di Desa Babadan, Desa Pangenjang, Desa Karanganyar, Desa Lamarantarung, dan Desa Cangkring. Sungguh ironis. Fungsi ekologis kalian yang seharusnya diutamakan malah tersisihkan oleh fungsi ekonomis yang mendorong warga memanfaatkan kalian secara berlebihan dan tanpa wawasan lingkungan. Habitat kalian memang sangat bermanfaat bagi kami. Tapi kalau manusia selalu serakah hingga menyebabkan semakin banyaknya lahan kalian terkonversi untuk dijadikan lahan tambak udang yang tanpa berwawasan lingkungan, pasti lama kelamaan akan merusak fungsi ekologis itu sendiri−fungsi yang sebagaimana mestinya harus diutamakan. Kalau begini caranaya, alam akan selalu dikeruk habis-habisan oleh manusia-manusia serakah yang tak pernah peduli terhadap lingkungan. Ironis.
             
Oh iya, tapi ada kabar baiknya loh. Pemerintah daerah kami akan menargetkan merehabilitasi tiga ribu kawasan hutan yang kritis. Pemerintah kami bekerja sama dengan pemerintah dari provinsi dan banyak kalangan swasta untuk melakukan penanaman kembali di kawasan hutan pantai. Semoga target mereka dapat dicapai, dan fungsi kalian yang sebenarnya dapat kembali bermanfaat bagi alam dan manusia. Tak sampai situ, para penggiat lingkungan di indramayu juga berencana untuk menjadikan karangsong−daerah yang mempunyai 15 hektar areal mangrove−sebagai pusat penelitian dan pendidikan mangrove di jawa barat. Di sini terdapat dua ratus ribuan tanaman mangrove yang sangat berpotensial untuk menjadikannya sebagai mangrove center di jawa barat. Semoga itu cepat terealisasi.
             
Menanggapi masalah tersebut. Dewasa ini, semakin banyak lembaga-lembaga baik berskala nasional maupun regional yang mencanangkan program rehabilitasi lahan kalian yang kritis di seluruh indonesia. Tentu bukan hal baru, dimana suatu hal mengalami kerusakan, disitulah muncul beberapa orang yang benar-benar peduli. Tak hanya yang resmi dan berskala besar. Banyak juga pihak-pihak swasta maupun para komunitas pecinta lingkungan baik masyarakat umum ataupun dari kalangan terpelajar yang terbentuk di lingkungan universitas turut serta melakukan hal serupa. Jadi jangan khawatir. Disamping kaum kami−para manusia−yang banyak melukai alam. Masih banyak juga kami yang membutuhkan kalian dengan cara yang bijak dan tetap merawat kalian.
             
Dan sebagai harapan umum dari saya, tentu kita juga mengharapkan seluruh orang untuk sadar akan lingkungan. Sadar akan memanfaatkannya dan sadar akan menjaganya. Sehingga sebutan simbiosis mutualisme antara manusia dan alam itu memang benar-benar terjadi. Bukan malah menjadikan hubungan ini ke arah simbiosis parasitisme dimana alam adalah pihak yang dirugikan. Saya pribadi sangan berharap, lembaga-lembaga seperti itu semakin aktif melaksanakan program kerjanya. Semakin banyaknya komunitas-komunitas yang peduli terhadap lingkungan yang membawa pengaruh positif terhadap masyarakat-masyarakat sekitarnya. Tentu hal ini juga harus didukung pemerintah. Komunitas seperti itu harus di kuatkan oleh pihak pemerintah dimana mereka digerakan oleh bantuan baik berupa dana atau pun fasilitas. Atau setidaknya, di tiap kota yang memiliki garis pantai dan hutan mangrove, mereka semua dapat dikumpulkan dalam suatu wadah pusat agar dapat membuat program-program seperti perawatan juga penyuluhan berjalan secara serempak dan dalam skala besar. Suara para komunitas-komunitas seperti itu biasanya lebih menggema di kalangan umum. Dan gimana caranya agar suara mereka dapat terus didengarkan adalah dengan adanya dukungan dari pemerintah daerah sehingga mereka semua tidak bergerak sendiri-sendiri.
             
Apakah suratku terlalu panjang? Ah biarlah. Ini kan surat pertamaku. Berkenanlah untuk membaca ya. Semoga saja kamu tidak membenci ulah-ulah kotor kami karena banyak dari kami yang peduli. Dan mmungkin untuk sekarng, aku hanya bisa berharap. Aku memang tak tergabung secara resmi dalam komunitas-komunitas seperti itu. Tapi aku dengan senang hati menunggu program mereka untuk melakukan beberapa penanaman atau pembersihan areal pantai dekat daerah saya di sini. Seperti yang pernah ada dulu waktu saya masih SMP, dimana beberapa siswa dan masyarakat umum dilibatkan. Semoga hal itu masih tetap ada.

Komentar

Postingan Populer