Resensi Pagi Ini di Seberang Jalan Ini
Penulis : Lusi Wulan.
Penerbit : Gramedia
Pustaka Utama
Genre : Metropop
Terbit : Januari, 2014.
ISBN : 978-602-03-0140-2
Juara hanya mengendapkan perasaan
suka karena terhalang pagar sosial, sementara perasaan suka Sasha layu sebelum
berkembang terbentur bayang masa lalu. Cinta Lulu ditagih sosok masa lalu,
sedangkan adiknya susah beranjak dari masa lalu. Perjuangan Laras memenuhi
keinginan terakhir si pasien cilik. Tinah berambisi lepas dari ketidakberadaan,
dan cerita-cerita lain akan menyunggingkan bibir, menghangatkan mata, dan
mengulik sensori rasa.
Sebuah
antologi berisi lima belas cerpen yang mengusung tema metropop dari satu
penulis yang baru saya kenal. Lima belas cerpen ini adalah cerita yang
mengutak-atik kehidupan perkotaan khas metropop dengan alur dan plot yang
renyah dan to the point. Seperti pada cerpen pembuka berjudul Syok, yang menceritakan
sosok Sasha, resepsionis wisma yang suatu hari kedatangan astrada sebuah
sinetron stripping yang lama-kelamaan dicintainya. Namun sayang, lelaki itu
menyimpan sosok masa lalu yang belum bisa dilupakannya. Ada juga Mpok Gaga,
seorang yatim piatu penerus sebuah warung gado-gado ibunya yang sangat
terkenal, namun ia lebih memilih berhenti karena ingin mencari kerja kantoran.
Cerita
selanjutnya berjudul Hidupnya Tina(h), sebuah cerpen dengan gaya penceritaan
yang lucu namun tak berusaha melawak. Cerpen yang renyah dan menyimpan sisi gelap
dengan ending yang keren. Lalu ada Agen ‘Rahasia’, cerpen favoritku yang
menceritakan seorang agen biro jodoh yang terancam dipecat karena sudah
sembilan bulan tidak berhasil menjodohkan clientnya dengan sukses. Sampai suatu
saat ia menemukan pria yang cocok dengan clientnya yang paling perfeksionis
yang ternyata ia juga mencintai pria itu.
Cerpen
andalan di antologi ini adalah tentu saja ‘Pagi Ini di Seberang Jalan Ini’. Bercerita
tentang pemilik depot koran yang diam-diam mengagumi pegawai kantor yang berada
di seberang jalannya. Cerita yang berbeda dari sebelum-sebelumnya. Narasi yang
lebih serius. lebih manis, dengan ending yang cukup mengejutkan. Tak kalah
kerennya adalah cerpen berjudul majikan. Sebuah cerita dengan pesan sederhana
yang diceritakan dengan sangat jenaka.
Kelima
belas cerpen ini sangat renyah sekali buat dinikmati. Bisa dibilang, ini
antologi cerpen gaya metropop pertama yang saya baca. Renyah dan kental khas
perkotaan. Ringan namun dengan cerita yang tak sepeleh. Memiliki beberapa twist
yang cukup mengejutkan dan menyimpan pesan. Asik. Saya suka banget gaya to the
point Lusi Wulan di sini. Bisa kocak, bisa sedih, bisa manis, bisa kelam, namun
dengan balutan bahasa yang renyah. Dialognya pas. Nggak berlebihan. Tiga koma
delapan bintang!
Komentar
Posting Komentar
Bercuap here!