Surat-Surat Dari Ibu
![]() |
Source: leadership-training-centre.blogspot.com |
Sesungguhnya, surat itu tak begitu
menyayat hatiku, kalau saja sebelumnya aku tak mengirimi surat yang berisi
sesuatu yang tak enak untuk dibaca. Begini kata surat yang kuterima itu:
Kamu lebih suka yang mana? Cahaya matahari atau bulan? Semua orang bersyukur akan datangnya siang. Dan kau juga begitu mencintainya, kan? Aku tahu itu. Kau pasti memilih matahari. Kau memaknai siang sebegitu hebatnya hingga kusebut kau si pejuang tangguh. Kau menaruh hormat padanya sampai-sampai kau lupakan malam. Kau tak pernah melihat keindahan bulan di luar sana karna yang kau tahu, siang adalah dewa yang bisa memberimu kehidupan. Ia memberimu pekerjaan, kesenangan, dan segalanya.
Seperti ayahmu. Kalian sebut diri kalian manusia putih. Menjadikan malam hanya sekelebat lewat. Bahkan memaknainya tak lebih dari ekor sang siang yang tertinggal. Kalian memang di dunia yang putih.Mungkin kau tak tahu. Siang terlihat begitu bersahabat. Ia bersinar untuk semua orang. Tapi tetap saja, ada mereka yang sinarnya tak pernah terpenuhi matahari. Dan bulan memebrikan sinarnya pada orang-orang seperti itu.Selamat tinggal. Hiduplah seperti yang kau mau. Ibu lelah dengan kalian. Ayahmu, keluarga ayahmu, dan kamu.
Itu
adalah surat balasan daari ibu untuk suratku yang kukirimkan lima hari lalu.
begini isinya:
Aku membencimu, Bu. Sejak dulu kutahan, namun pada akhirnya aku tahu aku memang membencimu. Kuharap kau membaca suratku ini dengan si lelaki pemilik pub malam tempat ibu bekerja itu. Si lelaki keparat yang merebutmu dari ayah.Aku tak membutuhkanmu lagi, Bu. Aku sudah memiliki pekerjaan yang menjanjikan. Aku punya banyak uang, punya banyak teman, pacar yang baik dan perhatian, juga ayah yang bertanggung jawab. Seorang ibu sepertimu sudah tak kubutuhkan lagi. hiduplah dengan lelaki sial itu, Bu.
Tiga
hari berselang setelah ibu mengirim surat balasan itu.
Aku
tak membalasnya lagi. Aku membiarkannya hidup bersama lelaki brengsek itu.
usiaku sudah dua puluh tiga tahun dan aku tak membutuhkannya lagi.
Tapi
pagi ini, seorang pegawai pos tiba-tiba mengetuk rumahku dan mengantarkanku
sebuah surat lagi. Dari ibuku
Aku
membuka dan mulai membacanya.
Ibu sudah tak tahan lagi. Biar kuberitahu kau. Kau bukan anakku. Bertahun-tahun kucoba mengasihi anak orang yang nyatanya tak pernah menghargaiku. Buat apa lagi aku hidup di sana. Ayahmu tak pernah mencintaiku. Dia terus berlagak baik di depanmu dan semua orang.Aku menikahi ayahmu karna cinta. Tapi ia menikahiku hanya untuk menutupi kebrengsekannya. Ibumu adalah mantan istri dari kakak ayahmu. Puas kau. Sekarang hiduplah dengannya. Ayahmu masih sering menemuinya. Setelah ini, mungkin ia akan menikahinya.
Aku
merobek surat itu penuh emosi. Kubuang sobekannya ke dalam tempat sampah di
dekat pintu masuk rumah. Tanpa kendali, aku lalu menendang tempat itu sampai
berantakkan.
Aku
benci kalian berdua
* Tulisan ini untuk memenuhi tantangan dari @kampusfiksi tentang #kalimatpertama dari sebuah novel. Aku mengambil #kalimatpertama dari novel Bukan Pasar Malam - Pramoedya Anata Toer. Aku nggak tahu suka apanya, yang pasti saat aku nyari-nyari kalimat pertama dari novel dan e-book-e-book yang kupunya. Aku langsung pengen make yang ini *
Komentar
Posting Komentar
Bercuap here!